Selasa, 13 November 2012

Menyambut Zaman Robotik


Kita sudah dekat dengan zaman robotik," kata Yusrila Y. Kerlooza seolah bernujum.Dosen Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung .

Keprihatinan akan tingginya tingkat kecelakaan di tol memunculkan ide kreatif di kepalanya tentang pembuatan sebuah robot kecil yang dapat ditempelkan di setiap mobil. Robot pintar ini bekerja dengan membaca garis median yang ada di tengah jalan untuk menuntun arah laju mobil.
Selain membaca garis median, robot juga dibekali sensor yang sanggup mendeteksi mobil yang ada di depan dan di belakangnya. Dengan kemampuan ini, mobil secara otomatis dapat mengatur kecepatan dan jarak antarmobil sehingga meminimalkan kemungkinan saling bertabrakan.
Jika setiap mobil yang melintas di tol sudah dilengkapi dengan robot pintar ini, bukan tidak mungkin orang tidak perlu lagi menyetir kendaraan mereka dengan dahi berkerut. Mereka bisa santai menikmati perjalanan sambil bersendau-gurau dengan keluarga.
Impian ini memang kedengaran mustahil, tapi teknologi terus berkembang. Segala yang sebelumnya tidak terbayang, kini tampil di hadapan muka kita dengan mudahnya.

Teknologi robot tidaklah serumit yang ditakutkan banyak orang. Secara garis besar, ada dua komponen pembangun utama robot, yakni mekanik dan elektronik. Oleh karena itu, mengacu pembagian seperti ini, robot dapat didefinisikan sebagai gerak mekanik yang dikendalikan peralatan elektronik.

Mekanik berurusan dengan fisik robot, terutama mengatur bagaimana robot akan bergerak. Apakah dia bergerak dengan kaki
atau roda. Atau apakah dia bekerja dengan prinsip tarikan ke atas atau dorongan ke bawah.
Sementara itu.

 komponen elektronik terkait alur kerja robot, mulai dari sensor sampai prosesor. Sensor berfungsi untuk mengenal medan dan mengirim sinyal pertama ke prosesor yang merupakan 'otak' robot. Dari sini, prosesor yang berisi program kerja robot, akan menentukan perintah yang mesti dilakukan robot.

Sensor dibuat tergantung kebutuhan, untuk medan seperti apa. Misalkan, untuk medan dengan dinding yang sama warna dan tidak terlalu rumit, robot bisa menggunakan sensor infra merah saja. Bentuknya bisa berupa tombol atau kamera.

Sistem tombol yang dipakai, cara kerjanya lebih sederhana. Program yang bisa dibuat misalnya, saat robot menabrak dinding dia secara otomatis dapat berbalik sendiri dan mencari jalan lain.
"Jika robot sudah menggunakan kamera, prosesnya makin rumit. Harus ada detector yang mengirim informasi ke prosesor. Selanjutnya prosesor menentukan tindakan apa yang harus dilakukan robot," ujar Tjan Swi Hong, Dosen Mikroprosesor Politeknik Negeri Bandung, saat ditemui di kantornya di Jln. Gegerkalong Hilir, akhir pekan lalu.

Robot selalu tunduk pada program. Programlah yang menentukan seperti apa robot. Dia mengatur bagaimana robot bekerja, ke mana robot bergerak. Jika pemrogramannya salah, gerak robot juga bakal kacau.
Proses pemrograman menentukan seberapa cerdas robot. Untuk memperoleh kecerdasan lebih, diperlukan pemrograman yang makin rumit sebab semakin banyak pilihan bergerak yang dimiliki robot semakin rumit pemrogamanya. "Namun, berapa pun banyaknya pilihan, robot tidak dapat bekerja di luar kapasitas program yang telah disediakan baginya," kata Tjan.
Melihat pemaparan di atas,secara sederhana, proses pembuatan robot dapat dijelaskan demikian. Pertama, harus ditentukan dulu tujuan pembuatan robot. Apakah dia dibuat untuk konsumsi lomba dan permainan atau perangkat industri atau yang lain.
Sesudah menentukan tujuan pembuatan, mulai dipikirkan sensor apa yang akan digunakan. Juga mulai dirancang programnya berikut alat mekanik yang dapat menjabarkan gerak robot yang diinginkan. Tidak berhenti disitu, robot harus melalui uji berkali-kali sampai benar-benar diperoleh hasil yang bagus dan stabil.

Pembantu Direktur III Polban yang juga pengamat robot Eril Mozef mengungkapkan, keruntutan alur pikir, biasa disebut algoritma, yang ada dalam proses pembuatan robot merupakan nilai istimewa untuk dipelajari. Oleh karena itu, dia sangat mendukung jika teknologi pembuatan robot dikenalkan bukan saja kepada para mahasiswa teknik, tetapi juga kepada anak sejak usia dini.

Menurut Eril, pengenalan anak pada robot dapat di dengan cara yang sederhana, misalnya melalui mobil mainan yang dilengkapi pengendali jarak jauh (remote control), Untuk merangsang kreativitas anak, pengendali tersebut dicopot dan anak diminta untuk menyusunnya kembali.

"Dengan latihan sederhana semacam ini, anak akan sadar pentingnya berpikir secara runut. Dia akan mulai mengerti bahwa
untuk membuat robot mencapai tempat tertentu, dia harus menghitung kapan harus belok kiri, kapan harus belok kanan," kata Eril.
Demikianlah teknologi robot mengajarkan kepada kita arti keruntutan dan ketekunan sebuah proses, sebab hanya dengan ketekunan risetlah sebuah hasil robot juga mengajarkan kita untuk terus rendah hati menyikapi kemanusiaan kita yang serba terbatas.
"Kita masih bersyukur sebab sampai hari ini robot masih bek- erja sesuai dengan program yang kita buat. Coba kalau robot- robot mulai bisa menolak program. Kan bisa gawat," ujar Eril sembari tersenyum lebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar