Ratu
serangga
kisah ini terjadi pada zaman dahulu kala, ketika para
hewan masih bisa berbicara…. Disebuah hutan tepi sungai, hiduplah bermacam
macam serangga. Satu bulan lagi, serangga itu akan menggadakan kontes pemilihan
Ratu Serangga. Itu sebabnya, suasana di tepi sungai hari itu sangat ramai.
Serangga serangga antri mendaftar di tempat pendaftaran.
“Nama ?” Tanya Beba, si
Lebah Madu yang bertugas di bagian
pendaftaran.
“Lala Belalang,” jawa si belalang.
“Alamat ?” Tanya Beba Lebah Lagi
“Semak tepi sungai,” jawab Lala Belalang.
Begitu seterusnya. Beba si Lebah Madu mencatat nama-nama
peserta calon Ratu Serangga. Sampai akhirnya tiba di peserta terakhir. Lebah
Madu sangat terkejut melihat serangga menjijikan di depannya.
“Mmmm….nama?” Tanya Beba Lebah
agak ragu.
“Kukup Ulat,” jawab si Ulat
tanpa tersinggung.
“Alamat?” Tanya Beba Lebah Lagi.
“Di bawah pohon beringin,”
jawab Kukup Ulat lagi.
Peserta lainya melihat ke
Kukup Ulat dengan pandangan mengejek.
“Ulat itu kan, serangga
yang paling menjijikan. Kok, tidak malu ikut kontes calon Ratu Serangga?” Lala
Belalang mengejek.
“Tubuhnya gendut dan
pendek. Berani-beraninya dia ikut kontes” Beba Lebah ikut berkomentar.
“Kukup Ulat kan, hanya bisa makan. Dia tidak bisa kerja
apa-apa!” Ebang kumbang menambahkan.
Kukup Ulat yang malang mendengar semua ejekan itu dengan
tabah. Namun di saat sendirian, ia kadang menangis sedih.
Pada suatu hari, Kukup Ulat bertemu seekor Lebah yang
sedang sakit karena kelaparan.
“Tolonglah, tolong beri aku
makan…. Perutku sakit, aku sangat lapar…..” rintih lebah itu.
Kukup Ulat sangat iba. Ia segera mencari madu untuk di
berikan kepada si lebah. Setelah lebah itu memakan madu, tubuhnya tampak lebih
segar.
Kukup Ulat gembira ketika melihat warna tubuh lebah yang
tadi pucat, kini mulai kemerahan. Namun tubuh si lebah ternyata terus berubah
dan berubah. Kukup Ulat mulai ketakutan. Sayap si lebah yang tadinya kecil,
kini berubah menjadi lebar. Tubuhnya juga semakin memanjang dan berwarna warni
cantik. Kaki-kakinya yang pendek menjadi panjang.
“Si….siapa kamu?” Tanya
Kukup Ulat Gugup.
“Aku peri penolong. Aku
tahu kamu ingin menjadi cantik seperti yang lainya.
“Karena hatimu baik aku akan kabulkan keinginanmu itu.”
Ucap si peri. Seketika itu juga, Kukup Ulat seperti disihir. Tubuhnya kaku,
tidak bisa bergerak. Dalam hati Kukup Ulat berpikir.
“Apa aku sudah mati ?”
Tiga minggu kemudian, Kontes pemilihan ratu serangga pun
dilaksanakan. Kukup Ulat tidak juga datang. Satu-persatu serangga peserta lomba
berlenggak-lenggok memamerkan keindahan busana mereka. Lala belalang memakai Jubah
hijau dan bersepatu hak tinggi. Ebang kumbang memakai sanggul di kepala.
Gaunnya panjang menjutai ke bawah. Akhirnya giliran Kukup Ulat tiba. Panitia
Lomba binggung karena Kukup Ulat tidak kelihatan di tempat itu. Namun ketika
nama Kukup dipanggil, melesat sejenis serangga di angkasa, lalu mendarat tepat
di atas paggung.
Ketika serangga itu melangkah di panggung, semua
serangga lainya terkagum kagum melihatnya. Siapakah serangga baru ini? Sayapnya berkilau dan berwarna warni.
Walaupun ia tidak memakai gaun panjang dan sepatu hak tinggi, namun ia tetap
tampak cantik.
Setelah peserta terakhir memperagakan busananya, para
juri beristirahat sambil berunding. Satu jam kemudian, mereka mengumumkan
pemenang kontes Ratu Serangga.
“Pemenangnya adalah……
serangga yang tadi mengejutkan kita semua! Mohon serangga tadi naik ke
atas panggung,” Ucap salah satu juri.
Serangga cantik tadi segera naik ke atas panggung.
“Aku sebetulnya….. teman kalian semua. Aku si Kukup
Ulat, kata serangga itu ketika ditanyai para juri. Betapa terkejutnya semua
serangga peserta lomba. Dulu mereka mengejek Kukup Ulat seenaknya. Kini malah
Kukup yang memenangkan lomba.
Serangga yang dulu mengejek Kukup, lalu meminta maaf.
Kukup pun memaafkan mereka semua. Sejak itu, keturunan Kukup Ulat selalu berubah menjadi kepompong.
Kemudian berubah lagi menjadi serangga cantik yang disebut kupu-kupu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar